Budaya

Selisik Keberadaan Makam Prabu Aji Putih yang Terendam Waduk Jatigede Sumedang 

TAHUEKSPRES, SUMEDANG – Kemarau panjang yang melanda wilayah Jatigede Sumedang menyebabkan debit airnya menjadi turun. Terlihat ranting-ranting pohon muncul ditengah-tengah waduk Jatigede, tepatnya di Desa Tarunajaya Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang, Rabu (28/9/2023).

Ranting-ranting pohon yang terlihat muncul di air waduk Jatigede tersebut ternyata merupakan area makam leluhur Sumedang, Prabu Aji Putih. Hal tersebut diketahui berdasarkan keterangan warga setempat, Siti Juariah.

“Itu a, bawah ranting pohon itu, sekitarnya makam,” ungkap Siti sembari menunjukan ranting pohon yang dimaksud.

Menurut Kuncen Makam Prabu Aji Putih, Engkong, Ia menjaga makam Prabu Aji Putih pada medio tahun 1993-2016. Sebelum pada akhirnya makam Prabu Aji Putih tenggelam karena air dari waduk Jatigede.

“makam eyang Prabu Aji Putih sudah terendam, sekarang ada didalam sekitar 10 meter sampai 15 meter (dibawah permukaan air),” ungkap Engkong.

Engkong menceritakan sebelum terendam, lokasi tersebut berada di wilayah Desa Cipaku. “Dulu Dusun Cipeuet Disebutnya, Desa Cipaku,” lanjutnya.

Budayawan Sumedang, Wade Darmawan menjelaskan, Prabu Aji Putih merupakan orang tua dari Prabu Tajimalela. Ki Wangsa, sapaan akrab Wade, menceritakan bahwa Prabu Tajimalela merupakan Raja yang merubah nama kerajaan Tembong Agung menjadi Kerjaan Sumedang Larang.

Berdasarkan penuturan Ki Wangsa, Prabu Aji Putih yang bernama asli Raden Suryapati berasal dari Galuh Panjalu. Ki Wangsa dalam menjelaskan sejarah, ia selalu melihat dari aspek logis dari sumber primer dan sekunder.

“dari data Limbangan, Galuh, Kawali, Panjalu. Kerajaan Tembong Agung didirikan pada 1462 Masehi, dari data itu data primer bisa dipertanggungjawabkan,” ungkap Ki Wangsa.

Makam Aji Putih yang berada di Kecamatan Darmaraja, memililki kisah awal “sasakala” sehingga nama Darmaraja dikenal hingga saat ini.

“Prabu Tajimalela sempat bingung memilih penerus. Gajah Agung menolak menjadi pengganti Prabu Tajimalela karena Gajah Agung memegang teguh tradisi yang menjadi raja anak tertua. Sehingga Lembu Agung menjadi raja namun hanya 3 Tahun, kemudian diganti Gajah Agung. Sehingga ada nama Darmaraja, Darma Ngarajaan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button