Pemerintahan Kabupaten Sumedang terus berupaya dalam penurunan angka stunting di wilayahnya, salah satunya dengan penyajian data yang sangat diperhatikan oleh pemerintahan Dony-Erwan.
Dalam penyajian data stunting, Pemkab Sumedang telah melakukan inovasi melalui aplikasi Sistem Informasi Pencegahan Stunting Terintegrasi (eSimpati), yakni sebuah aplikasi untuk mencatat dan melaporkan data stunting di Kabupaten Sumedang.
Aplikasi eSimpati sendiri terintegrasi dengan aplikasi online ePPGBM (Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat).
Menurut Kepala Bidang Informatika pada Dinas Komunikasi dan Informatika, Persandian dan Statistik Kabupaten Sumedang, Arief Syamsudin, integrasi aplikasi eSimpati dan ePPGBM menggunakan metode API yang merupakan kepanjangan dari Application Programming Interface (Antarmuka Pemrograman Aplikasi).
Dengan metode API ini memungkinkan dua komponen perangkat lunak untuk saling berkomunikasi menggunakan serangkaian definisi dan protokol, sebagaimana aplikasi eSimpati dengan ePPGBM.
“Tarik data melalui metode API dan hasil dari eSimpati di expor ke ePPGBM, tapi ekspor/impor dilakukan secara manual,” kata Arif kepada wartawan, Rabu (8/2/2023).
Melalui aplikasi eSimpati yang terintegrasi dengan ePPGBM bisa memenuhi kebutuhan informasi status gizi berdasarkan individu. Dengan aplikasi ini, kebutuhan intervensi dalam penguatan surveilans gizi melalui kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) dapat dilakukan by name by address.
Saat ini, Kabupaten Sumedang telah mencatat dan melaporkan sebanyak 76.188 balita melalui aplikasi eSimpati.
Adapun orang yang ditugaskan pencatatan dan pelaporan melalui aplikasi eSimpati adalah ibu-ibu kader posyandu yang setiap bulannya melakukan penimbangan. Hasil penimbangan inilah yang kemudian dilaporkan ibu-ibu kader posyandu melalui aplikasi eSimpati.
Hasilnya, sebagaimana telah disampaikan oleh Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Uyu Wahyudin, angka stunting di Sumedang mengalami penurunan versi ePPGBM/eSimpati, bahkan tembus angka satu Digit.
“Angka stunting di Sumedang turun di Tahun 2022 jadi 8,27%,” kata Uyu saat Rapat Publikasi Data Stunting di Sapphire City Park Sumedang, Kamis (29/9/2022).
Ia menjelaskan, di Tahun 2020 dan 2021 angka stunting masih di angka Dua Digit. Tahun 2020, 12,05% dan di Tahun 2021, 10,99%.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang disajikan melalui buku saku Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) yang diterbitkan pada 26 Januari 2023.
Kemenkes RI merilis prevalensi balita stunting, SSGI Tahun 2022, di Kabupaten Sumedang 27,6%, sebelumnya di Tahun 2021, 22,0%.
Artinya, data stunting di Kabupaten Sumedang mengalami kenaikan 5,6% dari tahun sebelumnya, bahkan Tahun 2022 tertinggi di Jawa Barat.
Adapun survei SSGI di Sumedang dilaksanakan pada 579 rumah tangga, 633 balita, 25 kecamatan, dan 66 desa. Proporsi umur balita sampel SSGI sebagian besar adalah balita umur 24-59 bulan sebesar 76,31% sedangkan balita umur 0-23 bulan sebesar 23,69%.
Untuk diketahui, survei SSGI merupakan survei berskala nasional yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan status gizi balita (stunting, wasting, dan underweight) tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Dilaksanakan oleh Badan Kebijakan dan Pembangunan Kesehatan pada Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Biro Pusat Statistik (BPS) dan didukung oleh Sekretariat Wakil Presiden RI.
Saat ini, pelaksanaan SSGI menjadi amanat Perpres No. 72 Tahun 2021 dimana Kementerian Kesehatan bertanggung jawab untuk mempublikasikan data prevalensi stunting kabupaten/kota setiap tahunnya.