Kopi Banyuresmi yang ditaman dikaki Gunung Manglayang selama ini telah menghasilkan ratusan ton setiap musimnya (per tahun). Namun masyarakat tidak begitu mengenalnya, yang terkenal adalah kopi manglayang.
Untuk itu, Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia (PPSDM) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Regional Bandung bersama dengan Petani dan Pelaku Usaha Kopi Desa Binaan Banyuresmi melaunching Perdana Produk Kopi Banyuresmi, di Dusun Malaka, RT 02 RW 06 Desa Banyuresmi, Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang pada Kamis, 13 April 2023.
Kepala Desa Banyuresmi, Ade Kardiman, mengatakan, Desa Banyuresmi memiliki potensi kopi yang besar namun belum bisa dioptimalkan dengan maksimal karena masih terkendala Sumber Daya Manusia (SDM), relasi pemasaran dan juga para pelaku/petani kopinya hanya menjadi pengepul yang kemudian dijual ke bandar-bandar diluar daerah.
“Saya berharap, bagaimana petani kopi disini bisa sejahtera, desanya punya penghasilan. Disini ada pelaku atau petani kopi, sementara sekarang desa belum bisa berbuat apa-apa tentang BUMDes-nya. Saat ini BUMDes-nya lagi digencarkan untuk mendapatkan PADes,” kata Ade kepada Tahu Ekspres.
Ia juga mengaku, dalam mengembangkan potensi alamnya dibantu oleh PPSDM Kemendagri. “Kemarin saya diajak ke PPSDM Pusat, alhamdulillah bisa mengenalkan kopi banyuresmi,” tambah Ade.
Sementara itu, Shaleh (49), petani kopi setempat mengatakan, produktivitas kopi banyuresmi menghasilkan ratusan ton per musim (per tahun). Lebih dari seratus ton bean (biji kopi yang sudah dikeringkan) dihasilkan dalam setahun.
Untuk pengolahannya juga, kata Shaleh, sudah ada dari cherry (buah) sampai ke bean. Sedangkan sebagian besar yang dijual oleh para petani dari cherry sampai gabah, masyarakat lebih banyak jual cherry-nya, sedangkan untuk yang jual bean masih sedikit.
“Untuk produktivitas bean, kelompok saya sendiri baru diangka 37 ton per tahun, total disini ada 5 kelompok,” kata Shaleh.
Masih ditempat yang sama, Dr. Belly Isnaini, SH. MH, selaku Kepala PPSDM Kemendagri Regional Bandung, menyebutkan, bagaimana pihaknya bisa hadir bersama-sama masyarakat untuk membina dan menaikan ekonomi masyarakat setempat.
“Kami bekerjasama dengan kepala Desa disini. Kami berfikir, selama ini penghasil kopi arabika terbesar itu disini, di Manglayang ini sudah terkenal. Tapi Banyuresminya tidak terkenal,” kata Belly.
Belly berharap, nama Banyuresminya juga terkenal, Bumdesnya jalan dan masyarakatnya sejahtera. Untuk itu pihaknya mendorong untuk membangun brand kopinya Manglayang Banyuresmi.
“Ini kan luar biasa nih, kopi ditanam disini, di Banyuresmi, tapi sampai sekarang belum muncul nama Banyuresminya,” tambahnya.
Untuk mensupport para pelaku/petani kopi di Banyuresmi, Belly mengaku akan mencarikan tempat pemasarannya, hingga bisa ekspor ke luar negeri. “Sekarang kan banyak masyarakat yang masih jual cherry, masih murah. Sedangkan harga cherry sampai bean itu jauh. Cherry sekarang Rp15 Ribu, kalau bean sudah di angka Rp97 Ribu,” terang Belly.
Selain membantu pemasaran, apa yang bisa dibantu, pihaknya akan membantu pengembangan potensi kopi di Banyuresmi, bahkan akan membantu memviralkannya.