Sumedang – Mahasiswa seharusnya memiliki peran penting sebagai agent of social control yang bertugas mengawasi dan mengkritisi berbagai persoalan sosial, tanpa harus menunggu sesuatu menjadi viral. Mereka diharapkan menjadi pihak yang proaktif dalam menyuarakan aspirasi masyarakat.
“Fenomena viralisme juga terlihat jelas dalam beberapa gerakan mahasiswa di Sumedang. Beberapa kasus menunjukkan bagaimana aksi mahasiswa sering kali terjadi setelah suatu isu menjadi viral di media sosial,” kata Ketua Badan Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Sebelas April, Sarnafi Hendrawan, kepada Tahu Ekspres, Minggu (29/12/2024).
Sarnafi beranggapan bahwa viralisme dalam gerakan mahasiswa dapat menghambat konsistensi dari gerakan itu sendiri.
“Ketergantungan pada viralisme tidak hanya melemahkan peran mahasiswa sebagai pelopor perubahan sosial, tetapi juga menciptakan pola gerakan yang tidak konsisten dan kehilangan arah. Ketika mahasiswa hanya bergerak mengikuti tren populer, mereka berisiko mengabaikan isu-isu skala lokal,” tambahnya.
Ia menyayangkan gerakan mahasiswa yang hanya muncul jika suatu isu sudah viral terlebih dahulu.
“Ya, karena viralisme, ketergantungan pada popularitas isu di media sosial berpotensi mengurangi kepekaan terhadap persoalan yang mendasar. Gerakan mahasiswa akan ada jika viral dulu,” ujarnya.
Sarnafi juga menekankan bahwa mahasiswa harus mampu mengambil langkah proaktif berdasarkan kesadaran dan kepekaan sosial yang mendalam.
“Ya, otokritik juga mungkin. Mahasiswa perlu merefleksikan kembali perannya, agar tidak hanya bertindak berdasarkan tren viral,” pungkasnya.