Sejarah Tugu Syuhada dan Apresiasi Tokoh Masyarakat Terhadap Kinerja Polsek Cibugel
SUMEDANG – Salahsatu dari 26 Kecamatan se-Kabupaten Sumedang yakni, Kecamatan Cibugel terletak di ketinggian 800 hingga 1000 mdpl dengan karakter wilayah yang khas memiliki pemandangan alam luar biasa indah, sejuk, dan asri ini dinilai masih perlu kewaspadaan serta antisipasi secara masif oleh berbagai pihak termasuk kiprah peran Polsek Cibugel.
Mengingat, secara geografis sebagian besar desa di wilayah hukum Polsek Cibugel merupakan daerah dataran tinggi berupa perbukitan dan gunung dengan kemiringan lebih dari 45 persen.
Sehingga, wilayah hukum Polsek Cibugel ini termasuk dalam salahsatu daerah di Sumedang yang dikategorikan rawan berpotensi bencana alam seperti, longsor, banjir bandang, gempa bumi dan lainnya.
“Berkaca dari letak geografis maupun demografi ini, anggota Polsek Cibugel melalui peran Bhabinkamtibmas sebagai ujung tombak kepolisian terus berupaya meminimalisir ancaman dan kerawanan potensi korban jiwa di setiap desa binaannya,” ujar Kapolsek Cibugel IPTU Ucu Abdurahman kepada wartawan di Cibugel Sumedang Jawa Barat (Jabar), Sabtu (8/10/2022).
Ia menerangkan, luas wilayah Cibugel sekitar 5067 hektar terdiri dari tanah darat seluas 3536,21 hektar dan tanah sawah seluas 714,5 hektar. Tapi, ada juga tanah milik negara seluas 632,50 hektar.
“Kemudian terdapat 7 desa berada di wilayah hukum Polsek Cibugel yakni, desa Cibugel, Jayamekar, Buanamekar, Tamansari, Sukaraja, Cipasang, dan desa Jayamandiri. Untuk jumlah semua Kepala Keluarga (KK) sekitar 8521 KK sedangkan jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya sebanyak 27593 jiwa,” terangnya.
Lalu, Ia melanjutkan, tepat di sebelah selatan wilayah hukum Polsek Cibugel berbatasan dengan wilayah Selaawi Kabupaten Garut. Sehingga, wilayah Cibugel tak hanya memiliki potensi rawan bencana namun, tidak menutup kemungkinan disinyalir ada potensi kejahatan, pencurian, ataupun paham radikalisme yang masuk ke Cibugel.
“Nah, tentu saja hal hal seperti ini harus diantisipasi sedemikian rupa secara masif agar indikasi gangguan keamanan, ketertiban hingga kondusifitas di wilayah hukum Polsek Cibugel tetap terjaga dan terkendali. Ya, Polsek Cibugel secara intens terus berkoordinasi dengan pihak pihak terkait seperti, koramil, pemerintah kecamatan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan lainnya,” ucap Ucu.
Polsek Cibugel sendiri, sambung Ucu, memiliki 15 anggota ditambah saya sebagai Kapolsek. Jadi, semuanya ada 16 personil kepolisian yang bertugas di Polsek Cibugel. Namun demikian, sebanyak 7 desa di wilayah hukum Polsek Cibugel baru diisi oleh 5 personil Bhabinkamtibmas, sedangkan dua desa lainnya sementara diisi oleh Kanit Samapta dan Kanit Binmas.
Disampaikannya, sebagian besar masyarakat Cibugel berprofesi sebagai petani disusul kedua terbanyak berprofesi sebagai pedagang, buruh industri, buruh bangunan, buruh perkebunan dan lainnya. Kendati itu, masyarakat Cibugel pun dikenal memiliki adat istiadat sebagai warga yang ramah, suka berkawan dengan suku manapun. Bahkan, memiliki sifat gotongroyong yang cukup tinggi, masih menjunjung tinggi sikap leluhurnya. Intinya, terhadap seni tradisi maupun budaya masih dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat Cibugel.
“Ya, bahkan sejumlah kesenian tradisional terus dikembangkan dan dilestarikan oleh warga Cibugel seperti, jaipongan, sisingaan, terbangan, bingbrok, calung, pencaksilat dan masih banyak yang lainnya,” terang Ucu.
Selain itu, imbuh Kapolsek, Cibugel memiliki catatan sejarah masa lalu yang kelam dan menjadi tempat korban sasaran teror saat terjadi Pemberontakan Darul Islam atau Tentara Islam Indonesia
(DI/TII). Bahkan, ratusan jiwa rakyat Cibugel meninggal dunia akibat kekejaman DI/TII pada masa itu.
“Nah, keberadaan monumen setinggi 5 meter di depan kantor desa Cibugel dengan nama Tugu Syuhada yang dibangun sekitar tahun 1960 sebagai tanda atau simbol untuk memperingati kekejaman kelompok DI/TII yang terjadi pada 23 November 1956 lalu.
Hal ini tercatat dalam sejarah Indonesia terkait kejahatan dan kebiadaban gerombolan DI/TII terhadap rakyat Cibugel yang terjadi sekitar tahun 1949 hingga tahun 1962,” paparnya.
Terlebih, sambung Kapolsek, dikutip dari buku sejarah Sekar Maji Marijan Kartosuwirjo sang proklamator NII mengisahkan, bahwa warga Cibugel Sumedang dinilai teguh dan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sehingga dicap oleh DI/TII sebagai wilayah Darul Hardi yaitu kawasan musuh atau wilayah perang yang mengacu UU Pidana NII. Mereka beranggapan bahwa harta dan nyawa penghuni Darul Hardi, halal diambil meski dengan bentuk kekerasan.
“Olehsebab itulah, desa Cibugel pada masa itu mengalami sekitar 50 kali serangan gerombolan dari DI/TII dengan aksi perampokan hingga pembunuhan. Bahkan, sedikitnya 1400 rumah warga habis dibakar karena masyarakat Cibugel tegas menolak memberi apapun kepada DI/TII. Gerombolan DI/TII ini mengklaim ke warga Cibugel itu sebagai Islam kafir,” tuturnya.
Itulah, imbuh Kapolsek, sekelumit sejarah kelam di Cibugel yang harus ditebus dengan darah dan nyawa leluhur warga Cibugel.
“Kendati demikian Alhamdulillah, hingga sekarang masyarakat Cibugel terus mewariskan tradisi serta adat istiadat leluhurnya demi kemajuan Cibugel menuju ke arah yang lebih baik lagi di berbagai sektor kehidupan dalam bingkai NKRI,” pungkas Kapolsek Cibugel, IPTU Ucu Abdurahman.
Apresiasi Tokoh Masyarakat Cibugel
Sementara itu, salahsatu tokoh masyarakat Kecamatan Cibugel Uyut Yusuf Solihin (67) mengakui, kinerja anggota Polsek Cibugel dinilai cukup humanis dan komunikatif saat menjalankan tugasnya.
“Saya menilai sejauh ini kiprah Polsek Cibugel cukup baik saat menjalankan tugasnya terutama dalam konsep melindungi dan mengayomi masyarakat dibawah kepemimpinan IPTU Ucu Abdurahman selaku Kapolsek Cibugel.
Ya, kami melihat sejauh ini peran seorang pemimpin khususnya Kapolsek sangat menentukan keberhasilan program program yang dijalankan dari institusinya.
Jadi, tidak semudah membalikan telapak tangan bagi seorang Kapolsek agar Cibugel tetap aman, nyaman, tertib dan terjaga kondusifitasnya. Terlebih, saat anggotanya dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara optimal,” katanya.
Oleh karena itu, terang Uyut, jika dibandingkan dengan sebelumnya tampak ada perubahan signifikan terhadap kinerja Polsek Cibugel dibawah kepemimpina IPTU Ucu Abdurahman yang sudah dua tahun menjabat.
“Dulu sering terjadi keributan sejumlah pemuda antar kampung. Namun, saat ini tidak terjadi lagi.
Yang saya ketahui jumlah angka kejahatan juga tidak signifikan hingga 2022 ini,” katanya.
Hal itu, terang Uyut, menunjukan bahwa kinerja anggota Polsek Cibugel terus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) nya termasuk kedisiplinan melaksanakan tugasnya.
Tak sampai disitu, ucap Uyut, dirinya mengapresiasi kinerja Polsek Cibugel yang terus berupaya mempertajam silaturahmi, komunikasi dan koordinasi dengan siapapun termasuk pelibatan tokoh masyarakat Cibugel. Apalagi dalam menangkal paham paham radikalisme yang cenderung berpotensi untuk mencoba memasuki wilayah hukum Polsek Cibugel.
“Terkait issu paham radilkalisme ini, saya yakin kalau pun terindikasi ada pasti bukan asli orang Cibugel. Namun orang lain dari luar Cibugel.
Inilah gunanya, saling berkomunikasi dan koordinasi antara tokohh masyarakat, Koramil, Polsek Cibugel yang masih terjalin dengan baik,” paparnya.
Walapun begitu, kata Uyut, dirinya sebagai tokoh masyarakat Cibugel berharap kinerja jajaran Polsek Cibugel terus ditingkatkan sebagaimana arahan Kapolri yakni, mewujdukan Polri yang Presisi.
“Kami juga mendukung dan mendorong kinerja kepolisian khususnya di tingkat Polsek Cibugel yang secara intens turutserta membantu pemerintah terkait pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Terimakasih juga kepada pemerintah dan aparat didaerah yang ikut mengawasi dan menyalurkan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat pra sejahtera, khususnya bagi terdampak pandemi dan pasca kenaikan harga BBM,” tuturnya.
Hal lainnya, sambung Uyut, selain mengapresiasi infrastruktur dari tahun ketahun yang terus mengalami peningkatan seperti, adanya renovasi maupun pembangunan jalan di wilayah Cibugel, masyarakat pun masih menanti terobosan pemerintah terkait keinginan warga Cibugel yakni, adanya pasar, kantor bank, hingga alun alun kecamatan Cibugel.
“Tentu saja ironis, sejauh ini Cibugel belum memiliki alun alun. Bahkan kantor Kecamatan saja dinilai kurang memadai. Sehingga, walaupun orang bilang dari pelosok karena jarak tempuh dari Cibugel ke Kota Sumedang saja sekitar 40 KM jangan dijadikan kendala bahwa Cibugel tidak bisa lebih maju dan berkembang.
Sejatinya, semua harapan warga Cibugel ini dapat didengar oleh pemerintah pusat maupun daerah dengan dukungan dari berbagai pihak termasuk peran Polsek Cibugel.
Terakhir, keberadaan ‘Juru Tilu’ (tiga sudut, red) yang merupakan ikon kecamatan Cibugel dapat dipertahankan.
Juru tilu ini adalah suatu pertigaan persimpangan jalan, dimana ditengah tengahnya terdapat pohon kayu putih besar yang telah tumbuh berdiri sejak jaman penjahan belanda masa lalu dan memiliki nilai sejarah turun temurun.
Olehsebab itu, kami meminta kepada pemerintah, kedepan keberadaan pohon ini jangan sampai ditebang apalagi sampai dihilangkan dengan alasan apapun,” tandas Uyut Yusuf Solihin tokoh masyarakat Cibugel Sumedang. (alda)